Perusahaan pembiayaan atau Multifinance berharap ekonomi Indonesia bertumbuh pada tahun 2021 mendatang. Jika tidak, mereka bakal merasa kesulitan dalam mencari sumber pendanaan.
Diakui atau tidak, sektor pembiayaan turut menjadi korban pandemi covid-19 yang membuat situasi dan kondisi perekonomian Indonesia tidak menentu. Apalagi dampak kebijakan perpanjangan restrukturisasi perbankan, yang merupakan sumber modal utama multifinance dalam menjalankan bisnisnya.
Selain itu, masih ada anggapan di masyarakat bahwa multifinance adalah segmen bisnis yang berisiko. Hal ini tak lepas dari masih tingginya tingkat kredit bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) dari portfolio nasabahnya.
Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per September 2020, total sumber pendanaan yang diterima multifinance senilai Rp294,4 triliun. Angka itu terbagi menjadi tiga bagian, Rp145,93 triliun berasal dari pinjaman dalam negeri (46,92 persen), Rp104,3 triliun (33,56 persen) dari pinjaman luar negeri, dan Rp60,7 triliun (19,52 persen) dari penerbitan surat berharga.
Sementara itu, pendanaan bank dalam negeri masih mendominasi sebesar Rp138,9 triliun, disusul pendanaan dari bank luar negeri senilai Rp88,3 triliun. Selebihnya, dana itu berasal dari lembaga keuangan bukan bank dan pendanaan lembaga lain, baik dalam maupun luar negeri.
PT BFI Finance Indonesia Tbk Yakin Ekonomi Indonesia Bertumbuh
Salah satu Multifinance, PT BFI Finance Indonesia Tbk. (BFI Finance) yakin ekonomi Indonesia bertumbuh pada tahun depan. Sebab, investor dinilai masih memandang bahwa setiap multifinance berbeda dan punya prospek cerah jika perekonomian bangkit.
Finance Director BFI Finance Sudjono mengungkapkan, dari sisi perusahaannya sendiri, penyaluran pembiayaan baru, sudah mulai bangkit. Bahkan, ada catatan kenaikan dua kali lipat pada Agustus 2020 dibanding bulan sebelumnya. Meski nilainya masih di bawah kondisi sebelum pandemi, menurutnya ini sebuah pencapaian positif.
“Saya rasa masalah yang terjadi di perusahaan pembiayaan hampir sama dengan masalah yang terjadi di perbankan dan sektor non keuangan lain, properti, ritel, dan lainnya. Selama ekonomi tidak tumbuh, pasti tetap sulit,” kata Sudjono, seperti dikutip Bisniscom.
Selain itu, NPF pun membaik seiring dengan NPF industri, dengan target terus membaik menuju kondisi normal di kisaran 1 persen. Pasalnya, NPF ini sempat melonjak hingga 3,7 persen pada akhir Juni 2020.
“Makanya, kami tidak khawatir terhadap pendanaan pada 2021. Karena selama perusahaan dapat menjaga likuiditas dan tingkat kesehatan keuangan, beroperasi secara prudent, dan berhati-hati, maka bank dan lembaga keuangan lain akan tetap mendukung sumber pendanaan perusahaan,” imbuhnya.
Gandeng Sejumlah Penyandang Dana
Pada masa pandemi, BFI masih sanggup menggandeng sejumlah penyandang dana. Sebut saja PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang membantu penyaluran kredit kendaraan dengan limit fasilitas mencapai Rp1 triliun dan Bank Jago senilai Rp150 miliar pada awal Agustus.
Selain itu, perusahaan pendanaan ini pun memperoleh dukungan fasilitas kredit dari perbankan dalam dan luar negeri, baik fasilitas bilateral maupun sindikasi. Termasuk emisi obligasi yang akan digunakan untuk mendukung kegiatan usaha pembiayaan pada kuartal IV/2020 dan modal untuk tahun depan.